Monday 10 December 2012

ANALISA VIDEO “ANDREW CONLEY KILLER FELT LIKE DEXTER”





1.      Latar Belakang Perilaku Andrew Conley Berdasarkan Teori Social Learning Albert Bandura

Social learning theory adalah proses belajar dengan mengamati. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak. Proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau hukuman karena perilaku tersebut.
Dalam teori Albert Bandura ini, kami terbantu untuk menjelaskan tentang sebuah video yang menceritakan tentang Andrew Conley yang membunuh saudara laki-lakinya dikarenakan Ia merasa seperti seorang tokoh fiksi dari sebuah serial TV yang bernama “Dexter”. Tokoh Dexter ini sendiri diceritakan adalah seorang pembunuh yang kejam yang mempunyai kepribadian ganda. Pada saat sehari-harinya, Dexter bekerja sebagai seseorang yang membantu polisi dalam mengungkap sebuah kasus pembunuhan, yaitu seorang ahli forensik. Tetapi di samping itu, Dexter juga adalah seorang pembunuh berantai.
Andrew Conley sangat senang menonton acara ini, Ia bahkan menganggap bahwa Dexter ini “keren”. Ia mulai mengamati dan mengingat apa saja yang dilakukan Dexter. Pada saat Andrew mulai memasuki masa dalam hal mencari jati diri, maka yang ada di benak dan pikirannya mengenai gambaran perihal seseorang yang keren dan ideal adalah Dexter. Secara perlahan namun pasti, Andrew mulai merasa seperti Dexter. Ia mulai mencontoh sikap dan perilaku Dexter yang Ia tonton pada serial TV tersebut.
Kemudian social learning teori dari Albert Bandura ini juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Andrew Conley merasa bahwa Ia mampu membunuh seperti Dexter.
Conley membunuh adik laki-lakinya yang baru berusia 10 Tahun dengan sadar. Conley mengaku muncul dorongan melakukan pembunuhan di dalam dirinya seperti perasaan lapar. Ia bahkan berkhayal ingin membunuh ayahnya. Remaja ini menyebutkan bahwa ia awalnya bermain dengan saudara laki-laki Conner, 10, sebelum mengarahkan tangannya ke leher adiknya itu. Conner dicekik selama 20 menit hingga meninggal. Lalu Conley memasukkan tubuh adiknya ke dalam kantong sampah dan membuangnya di taman dekat rumah mereka di Rising Sun, Inidana. Selanjutnya, Conley ke rumah pacarnya untuk menonton film.Ia bahkan mengatakan kepada pihak Polisi bahwa Ia mempunya hasrat untuk membunuh sejak lama. Andrew mengaku membunuh sang adik karena ingin meniru Dexter.

2.      Faktor-Faktor Penyebab Andrew Conley Membunuh Adiknya Sendiri


Film dexter memang menginspirasi remaja untuk melakukan hal yang sama dengan yang diperankan Morgan dexter di dalam film tersebut. Salah satu remaja yang terinspirasi adalah Andrew Conley. Peran Morgan Dexter di dalam film Dexter itu  telah  membuat Andrew Conley merasa bahwa dirinya cocok dengan peran tersebut. Andrew mengidentifikasikan dirinya sebagai Dexter Morgan yang dalam filmnya diperankan oleh Michael C Hall. Andrew mengaku merasa dirinya seperti Dexter. Ia terobsesi untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Morgan dexter di dalam film tersebut. Ia juga menyamakan hasratnya untuk membunuh dengan hasrat untuk makan yang harus dipenuhi. “Aku merasa seperti dia (Dexter),” kata Andrew.  Maka dari itu, Andrew mengaku sudah ingin melakukan pembunuhan selama bertahun-tahun. Dan malangnya, yang menjadi sasarannya adalah adiknya sendiri yang baru berusia 10 tahun. Ia juga pernah mengkhayal untuk membunuh ayahnya.
Andrew Conley sendiri memang sudah dinyatakan sebagai seorang psikopat dan mempunyai keterbelakangan mental yang dideritanya oleh 3 orang psikolog yang menyelidiki kasus Andrew Conley tersebut. Keterbelakangan Andrew itu disebabkan karena hubungan antara Andrew dan ibunya tidak harmonis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor–faktor yang menyebabkan Andrew Conley melakukan hal yang tidak manusiawi yaitu membunuh adiknya sendiri yang baru berusia 10 tahun adalah :
-       Kondisi Andrew Conley yang pada dasarnya memang telahmengalami keterbelakangan mental.
-   Kurangnya / minimnya pengawasan daripada orang tua Andrew Conley di rumah, sehingga ia cenderung “bebas” melakukan apa yang ia inginkan, termasuk dalam hal pencarian jati dirinya (dalam usia remaja seperti ini), karena peranan orang tua yang sangat minim dalam memberikan arahan, maka ia mencoba mengidentifikasikan jati dirinya tersebut melalui media-media, seperti TV , yakni dengan meniru perilaku tokoh yang dikaguminya.
-     Media komunikasi Televisi yang cenderung kurang menyaring sajian-sajian acaranya; yang seharusnya tidak patut untuk dijadikan tontonan bagi khalayak banyak karena mengandung berbagai adegan yang seharusnya tidak layak “dokomsumsi” oleh publik, misalnya adegan-adegan kekerasan, pembunuhan, dan masih banyak lagi.
Dari kasus di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai sosial dan nilai moral dapat terbentuk pada diri seseorang karena adanya proses peniruan (Imitasi), penyajian contoh perilaku (modelling), dan kondisi lingkungan yang mendukung atau tidak. Segala reaksi yang timbul merupakan hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif itu sendiri.
                  
3.      Proses Terjadinya Pembunuhan Adik Andrwe Conley


·    Andrew Conley merupakan anak sulung dari 2 bersaudara dimana ia di besarkan tanpa seorang ayah dan hanya seorang ibu (single parent) di Amerika. Hubungan Andrew dengan ibu dan adiknya cenderung kurang harmonis.
·   Andrew di duga telah memendam depresi yang di pendamnya sendiri kurang lebih 1 tahun dan impiannya ingin menjadi seorang detektif.
·      Andrew suka membaca membaca buku dan menonton serial pembunuhan salah satunya adalah “Dexter.
·   Andrew, adik dan ibunya sering menonton film “Dexter” bersama-sama. Ibu dari Andrew Conley berfikir tidak ada kejanggalan di film tersebut dan hanya menggangap itu adalah sebuah tayangan biasa dimana tayangan tersebut termasuk film yang bagus.
·    Andrew merasa tertarik dengan film “Dexter” dan menganggap pemeran utama dari film tersebut sangat mirip dengan dirinya. Karena tertarikan itu, Andrew tidak pernah mau ketinggalan episode demi episode dari film “Dexter”
·      Ia pernah mencoba untuk membunuh dirinya sendiri di dalam bak mandi
·    Andrew Conley membunuh adik laki-lakinya dengan tangan kosong tanpa perencanaan tapi bukan juga insiden yang tidak di sengaja. Adiknya meronta dan memintanya untuk berhenti ketika Andrew mencekik dia namun Andrew mengatakan “I couldn’t (saya tidak bisa)”.
·    Andrew di bawa ke kantor polisi dan mengaku bahwa ia membunuh adik laki-lakinya dan dapat menceritakan kejadian tersebut. 2 hari setelahnya, Andrew melakukan perekaan ulang kejadian saat ia membunuh adiknya dengan menggunakan boneka. Namun hingga saat ini, ibunya tidak dapat di temui dan di wawancara.

4.      Dampak daripada Pembunuhan yang Dilakukan Andrew Conley terhadap Adiknya

Dampak daripada video “Andrew Colley Killer Felt Like Dexter” akan kami kategorikan ke dalam dua bagian, yaitu dampak internal (dampak bagi diri Andrew Conley sendiri) dan dampak eksternal (dampak bagi lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar Andrew).

a)     Dampak Internal
-   Karena Andrew telah membunuh adiknya, dia mendapat ganjaran / hukuman untuk dirinya sendiri berupa hukuman di penjara yang harus ia jalani.
-    Dengan tindakan pembunuhan yang ia lakukan dan hukuman penjara yang ia terima, nama baik Andrew tercoreng yang tadinya sebagai pria remaja baik-baik yang biasa saja seperti pria remaja pada umumnya, kemudian berubah menjadi image seorang pembunuh (ternarapidana) yang berbahaya.
-         Perasaan bersalah menjalar didalam diri Andrew, yang mungkin tidak akan bisa hilang, meskipun ia telah menyelesaikan masa tahanannya.
-  Selain perasaan bersalah, disebutkan pula Andrew dihantui oleh rasa traumatis tersendiri karena telah membunuh adiknya.

b)     Dampak Eksternal
-  Orang-orang menjadi “takut” untuk berdekatan dengan Andrew, karena mereka menganggap Andrew “psikopat” dan mereka takut dibunuh oleh Andrew.
-      Sesudah keluar dari penjara, sangat besar kemungkinan bahwa Andrew akan dikucilkan oleh lingkungan dan teman-temannya (orang-orang akan cenderung menjaga jarak dari Andrew).
-     Dampak eksternal positif yang dapat dipetik adalah bahwa kemudian setelah mendengar dan manyaksikan berita pembunuhan oleh Andrew Conley ini karena meniru perilaku tokoh pada film Dexter, para orang tua dapat lebih berjaga-jaga dan memperhatikan tontonan TV anak-anak mereka. Apabila anak-anak belum cukup umur untuk menyaksiakan tontonan TV tersebut, orang tua dapat mengambil dua tindakan, yaitu tindakan pendampingan dan tindakan pencegahan (antisipasi), yaitu berupa mendampingi anak-anak dan menasihatinya agar tidak mengikuti tindakan yang tidak seharusnya dilakukan dalam tontonan (tindakan pendampingan), ataupun melarang sang anak untuk menyaksikan tontonan TV tersebut (tindakan pencegahan/antisipasi).

Monday 26 November 2012

POLA-POLA HUBUNGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA-POLA HUBUNGAN TERSEBUT

POLA-POLA SUATU HUBUNGAN (RELATIONAL PATTERNS)

1. Supportive and Defensive Climates


Supportive Climate adalah ketika kita menanggapi apa yang dikomunikasikan oleh orang lain, maka mereka akan merasa dikonfirmasi dan didukung yang menyebabkan kita dapat berkomunikasi secara terbuka dengan mereka. Contoh : Menggambarkan apa yang diungkapkan seseorang berdasarkan pikiran atau perasaannya, akan tetapi hal itu tidak menilai yang lain. Contohnya, “aku berharap kamu tidak melakukan itu.”
Contoh kasus :
Kristen Stewart yang selingkuh dengan sutradara Snow White And The Huntsman (Rupert Sanders). Pada saat foto-foto selingkuhnya beredar di media massa, Kristen Stewart langsung mengkonfirmasi apa yang terjadi dan meminta maaf secara terbuka. Masyarakat merasa itu adalah tindakan yang berani dan alhasil beberapa dari mereka mendukung Kristen Stewart dengan mengatakan “Dia masih muda” atau “aku berharap dia tidak melakukannya, tapi dia sungguh menyesal apa yang telah diperbuatnya”. Contoh dari kasus ini ingin mengatakan bahwa pada saat kita bisa berkomunikasi secara terbuka, maka akan terjadi saling pengertian.

Defensive Climate adalah jika tidak dikonfirmasi dalam komunikasi, maka kita merasa defensive dan berhati-hati yang menyebabkan kita tidak bisa terbuka dalam berkomunikasi. Contoh : Kita cenderung merasa defensive ketika kita merasa bahwa orang lain menilai kita, seperti; “itu adalah keputusan bodoh”
Contoh kasus:
Yuni Shara dan Raffi Ahmad yang tidak lagi bersama. Pada saat dikonfirmasi mengenai masalah ini Raffi Ahmad bungkam dan tidak mengatakan apa-apa. Hubungan mereka selalu dilanda masalah seperti Yuni Shara yang mengangggap bahwa Raffi Ahmad seperti anak kecil atau pecicilan.



2. Dependencies & Counterdependencies (Hubungan Ketergantungan dan Tidak Ketergantungan)


Dinamika daripada sebuah ketergantungan dan ketidaktergantungan bersifat lazim pada kebanyakan hubungan dan bersangkutan terhadap berbagai jenis hal pada waktu tertentu. Sebuah hubungan ketergantungan terbentuk ketika seorang individu dalam sebuah hubungan memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain dalam bentuk dukungan, uang, pekerjaan, kepemimpinan, ataupun arahan/petunjuk yang menggeneralisasikan ketergantungan terhadap aspek-aspek lain di dalam sebuah hubungan. Contoh klasik daripada dinamika hubungan ini terbentuk antara anakan-anak dnegan orang tuanya; dan dalam beberapa kasus teretntu, antara para terapis dengan pasiennya. Pada kedua contoh tersebut, seorang individu memiliki kebutuhan atau tujuan tertentu, yang diimana kebutuhan/tujuan tersebut dapat dipenuhi oleh seorang atau beberapa individu lainnya di dalam sebuah hubungan. Sebuah pola ketergantungan dapat menjadi lebih umum, sehingga seorang akan datang untuk bergantung pada seorang yang lain dalam berbagai keadaan yang tidak terkait dengan dasar asli daripada ketergantungan itu sendiri. Ketika hal seperti ini muncul, dinamika telah diatur dalam pergerakan yang dapat memiliki dampak dan konsekuensi yang jauh lebih luas bagi individu serta hubungan. Apakah orang-orang akan membahas mengenai politik, jenis kelamin, ataupun agama; apakah mereka mencoba untuk menentukan di mana mereka akan makan dan di mana mereka akan tinggal; orang yang memiliki ketergantungan tersebut akan mengambil petunuk/isyarat dari orang lain yang telah menjadi sosok panutan bagi mereka untuk belajar / bergantung. Seperti terdapat pada contoh percakapan yang berikut ini :

Alice         : “Menurutku, kita lebih baik pergi ke The Tavern untuk makan siang. Bagaimana pendapatmu, Jennny?”
Jenny        : “Menurutku itu ide yang bagus.”
Alice         : “Coba pikirkan, The Tavern akan sangat ramai pada jam ini. Bagaimana kalau kita ke Corner Grill saja?”
Jenny        : “Tentu saja, itu juga ide yang bagus.”

Dalam hubungan yang lainnya, atau dalam hubungan yang sama dalam waktu yang berbeda, ketergantungan terdapat pada arah yang berlawanan. Pada situasi ini, seorang individu berkaitan dnegan invidu-individu yang lainnya bukan dalam bentuk ketergantungan, tetapi dalam bentuk ketidaktergantungan. Seorang invidu yang memiliki ketergantungan akan mengumpulkan dan mneerima berbagai macam informasi/pendapat dari individu lain mengenai berbagai macam topik; namun di sisi lain, orang yang tidak memiliki ketergantungan akan secara khusus menunjukkan ketidaksetujuannya tehadap beberapa hal yang disampaikan oleh orang lain sebagai lawan bicaranya; seperti yang terdapat pada contoh berikut :
Alice         : “Menurutku, kita lebih baik pergi ke The Tavern untuk makan siang. Bagaimana pendapatmu, Jennny?”
Jenny        : “Aku sudah bosan pergi ke The Tavern.”
Alice         : “Bagaimana kalau kita ke Corner Grill saja?”
Jenny        : “ Kita terlalu memakan waktu yang lama untuk memutuskan. Sudahlah, kita lebih baik pergi ke The Tavern saja.”

Dalam contoh kasus pertama, dapat kita asumsikan bahwa Jenny pasti akan mengikuti /menyetujui apa yang dikatakan oleh Alice. Tetapi, pada contoh kedua, terkesan bahwa apapun yang Alice katakan/sarankan, Jenny tidak akan menyetujuinya. Karena ketergantungan dan ketidaktergantungan telah menjadi suatu hal yang biasa di dalam sebah hubungan, mereka akan membentuk, mengarahkan, dan sering membanyang-bayangi isi soesifik daripada sebuah percakapan. Isi daripada apa yang dibicarakan oleh individu di dalam suatu percakapan akan memberikan dampak baik itu besra ataupun kecil bagi dinamika. Ketika individu A berkata “ya” dan individu B akan menyetujuinya; atau ketika individu A berkata “tidak”.


3. Progressive and Regressive Spirals
Progressive Spirals merupakan perubahan yang mengarah pada hal-hal yang  diharapkan (menuju ke arah kemajuan). Progressive Spirals dapat kita lihat dalam  suatu proses ketika seseorang bertindak atau bereaksi dalam rangka mencapai kebutuhan dan tujuan mereka  di dalam suatu hubungan. Proses ini jika dilakukan secara berkesinambungan/berkelanjutan dapat meningkatkan/mengembangkan keharmonisan dan kepuasan kepada orang lain dalam suatu hubungan. Di dalam proses progressive spirals, pesan yang mempunyai hubungan timbal balik dapat menciptakan hal-hal yang positif di dalam pengalaman mereka. Dan juga, dengan adanya kepuasan yang berasal dari setiap orang atau masing-masing orang dapat membangun diri mereka sendiri menjadi lebih baik, dan hasil lainnya adalah dapat dijadikan sebagai sumber bagi perkembangan .... dan memberikan nilai kepada siapa saja yang terlibat di dalamnya.
Contoh :
Ketika seorang wanita yang sudah berusaha keras untuk berdandan agar dapat terlihat cantik di depan pacarnya. Kemudian pacarnya menyukai usaha keras yang dilakukan oleh wanita tersebut dan memberikan pujian yang diharapkan oleh wanita tersebut,  sehingga membuat wanita tersebut merasa sangat senang dan puas. Dan akhirnya membuat hubungan mereka semakin dekat. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa kasus ini termasuk dalam pattern progressive Spirals yang menciptakan hal-hal yang positif bagi hubungan mereka dan menciptakan kepuasan bagi wanita tersebut.

Regressive Spirals merupakan perubahan yang mengarah pada hal-hal yang tidak diharapkan (menuju ke arah kemunduran). Regressive Spirals dapat memberikan konstribusi yang dapat mengurangi tingkat kepuasan dan keharmonisan yang telah dibangun dalam proses Progressive Spirals. Dalam keadaan ini, regressive spirals dapat meningkatkan ketidaknyamanan, jarak yang semakin jauh, frustasi, kesalahpahaman dan ketidakpuasan bagi siapa saja yang terlibat.
Contoh :
Pada episode terakhir di film gossip girl season 3, kita dapat menemukan adegan dimana Nate dan Serena putus, karena Nate menuduh Serena tidak setia atau selingkuh (Mengetahui hal ini dari orang lain). Kemudian Serena menyalahkan Nate yang terlalu mudah mempercayai perkataan orang lain, sedangkan Nate yang semakin curiga dan  tetap merasa bahwa yang dikatakan oleh orang lain tersebut adalah benar (bahwa Serena tidak setia atau selingkuh). Disini kita dapat melihat bahwa kasus ini termasuk dalam pattern Regressive Spirals. Ketika satu kesalahpahaman membuat hubungan mereka menjadi kacau dan akhirnya putus. Mereka tidak bisa saling mempercayai satu sama lain lagi. 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA SUATU HUBUNGAN (FACTORS THAT INFLUENCE PATTERNS)

1.        Stage of Relationship & context (Tahap dalam Suatu Hubungan & Konteks dalam Suatu Hubungan)
Pola komunikasi dalam sebuah hubungan umumnya berbeda-beda pada setiap tahapannya. Contoh : Orang yang baru berkenalan pasti berinteraksi dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan orang yang sudah saling kenal dalam waktu yang cukup lama.
Natur pada pola komunikasi intrapersonal juga bervariasi tergantung dari tempat dilakukannya sebuah komunikasi. Contoh : Ani dan Budi yang bertemu saat mereka di pasar akan cenderung berperilaku berbeda apabila pada kesempatan lain mereka bertemu lagi saat sedang menghadiri rapat penting. 2




2.        Interpersonal Needs and Styles (Kebutuhan dan Gaya Komunikasi Interpersonal)
Sering dicatat bahwa hal yang terpenting dari factor ini adalah untuk menyalurkan rasa keterlibatan dan dilibatkan, kendali, dan afeksi. William Schutz(1966) mengemukakan dalam teori FIRO(Fundamental Interpersonal Relationship Orientation) bahwa keinginan relatif manusia adalah untuk memberi dan menerima afeksi, dilibatkan dalam kegiatan orang lain dan melibatkan orang lain dalam kegiatannya, mengendalikan dan dikendalikan oleh orang lain (inclusion, control, affection). 3

ü  Inclusion
Kebutuhan seseorang untuk melibatkan diri dengan orang lain atau membutuhkan orang lain untuk melibatkan dirinya. Tingkah laku ini  ditujukan untuk mencapai kepuasan individu sebagai makhluk social yang saling bergantung satu sama lain. Contohnya : keinginan untuk berkelompok dan bergabung antar sesama manusia.
Tingkah laku inklusi yang positif memiliki ciri-ciri: adanya persamaan, saling berhubungan, dan rasa persatuan dengan kelompok dimana ia bergabung. Kebutuhan inklusi berorientasi pada keinginan untuk diakui sebagai seseorang yang berkemampuan dalam suatu kondisi. Ada kecenderungan pada seseorang, ingin dijadikan “sandaran” untuk berkonsultasi, bertanya dan diminta pendapatnya. Intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi inklusi ini tidaklah sama pada tiap individu. Contoh mengekspresikan inklusi: chatting/ BBM-an dengan teman, mengajak sekelompok teman untuk berjalan-jalan bersama. Contoh menginginkan inklusi: menunggu ditelfon seseorang, meninginkan untuk diajak makan siang bersama dengan teman. 4
Ada 3 tipe inklusi :
§   Oversocial
Mereka yang masuk dalam golongan ini memiliki kebutuhan inklusi yang sangat tinggi. Orang-orang yang cenderung ekstrovert. Orang-orang ini adalah individu yang memiliki keinginan besar untuk eksis dalam kelompok dimana ia bernaung. Kredibilitas sang individu bisa hilang karena keinginannya yang satu ini. Sang individu terlalu sibuk untuk menjadi eksis sehingga ia tidak memahami interaksi yang terjadi didalam kelompoknya. Secara umum, baik undersocial maupun oversocial dilatarbelakangi oleh rasa kegelisahan yang sama, tapi dalam dua konteks yang berbeda. Baik undersocial maupun oversocial, keduanya takut dianggap tidak berguna dalam kelompoknya.
§   Social
Memiliki kebutuhan inklusi yang ideal. Berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain secara wajar dan tidak terlalu mengharapkan untuk dihubungi balik. Orang-orang yang seperti ini akan bersosialisasi secara normal dan alami apa adanya dalam kelompoknya.
§   Undersocial
Orang-orang yang kurang suka bahkan cenderung menghindar untuk bersama-sama dengan orang lain. Apabila si undersocial sudah bergabung dalam sebuah kelompok, ia lebih memilih untuk menghindar dari interaksi interpersonal. Individu ini memilih untuk membangun dunianya sendiri dibanding menanggung risiko ditolak saat berinteraksi dalam kelompoknya.

ü  Control
Kebutuhan yang berhubungan dengan kontrol dan kekuasaan. Keinginan untuk mengendalikan dan dikendalikan oleh orang lain. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh atau tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol dan kekuasaan. Contoh kontrol yang positif, yaitu: mengatur, memimpin, dan mempengaruhi. Contoh kontrol yang negatif, yaitu: memberontak dan melawan. Beberapa tipe dari kontrol, yaitu:
·         Autocrat
Individu yang control-freak dapat dikategorikan dalam autocrat. Individu ini memiliki kecenderungan untuk bersikap dominan terhadap orang lain dalam tingkah laku antarpribadi. Mereka memposisikan diri sebagai yang paling tinggi. Mereka memiliki karakteristik yang mendominasi interaksi dalam kelompok, baik interaksi interpersonal maupun dalam pengambilan keputusan tertentu. Sifatnya yang mendominasi ini akan cenderung melekatkan diri mereka sebagai seorang pribadi yang otoriter.
·         Democrat
Individu yang akan mengalami pemuasan secara ideal dari kebutuhan kontrol antar-pribadinya. Individu ini  mampu memberi perintah maupun diperintah oleh orang lain. Ia juga mampu bertanggung jawab dan memberikan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan kata lain, mereka tahu tempat dan tahu jelas, kapan mereka memimpin dan kapan mereka dipimpin.
·         Abdicrat
Cenderung merendahkan diri dan tidak ingin ikut campur dalam pengambilan keputusan adalah salah dua ciri seorang yang abdicrat. Mereka masuk dalam suatu kelompok karena mereka tahu bahwa ada individu lain yang bisa mengemban tanggung jawab. Mereka juga akan cenderung mengambil posisi sebagai bawahan.

ü  Affection
Kebutuhan kasih sayang/ afeksi yang dimaksud adalah antara manusia dengan lingkungannya. Seorang individu membutuhkan kasih sayang, kedekatan dalam berinteraksi sebagai pemuas kebutuhannya dalam kelompok. Kebutuhan akan rasa kasih sayang merupakan salah satu penyebab mengapa seseorang berperan aktif dalam kelompoknya. Yang paling fundamental dalam kebutuhan afeksi adalah kebutuhan untuk disukai, diterima apa adanya, dan kesempatan untuk membangun hubungan pribadi yang dekat dengan individu lain. Ingin untuk dekat dengan orang lain, dan ingin individu lain untuk dekat dengannya. Kedua pribadi yang saling berkomunikasi membutuhkan pengakuan dan keramahan emosional satu sama lain. Contoh mengekspresikan afeksi yang positif: menyentuh, saling tersenyum sama lain, kontak mata yang intens, dan saling memuji. Contoh mengekspresikan afeksi yang negatif : saling menghina, menjaga jarak, bersikap dingin satu sama lain. Beberapa tipe dari Afeksi:
§  Overpersonal
Golongan bagi individu yang membutuhkan keinginan afeksi yang terlalu tinggi. Orang-orang overpersonal selalu menginginkan hubungan yang sangat dekat dalam berinteraksi dengan orang lain. Orang-orang ini selalu ingin mengetahui apapun tentang orang lain secara detail. Dalam menjalin hubungan cenderung terlalu terbuka, hampir tidak ada rahasia satu sama lain. Tidak adanya daerah privasi dalam hubungan mereka.
§  Ideal
Orang-orang yang bisa masuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang membutuhkan afeksi dalam kadar wajar. Mereka tahu betul dengan siapa harus berhubungan dekat, dan dengan siapa harus berhubungan biasa saja. Mereka membuat garis batasan daerah privasi yang cukup jelas, namun kecil kemungkinannya bahwa mereka akan marah apabila daerah privasinya sedikit terusik.
§  Underpersonal
Orang-orang underpersonal cenderung untuk menghindari sebuah hubungan yang bersifat dekat. Mereka akan membangun benteng sendiri dan mempertahankan supaya hubungannya tidak menjadi dekat. Pribadi underpersonal membuat garis batasan yang jelas antara kawasan pribadi dan bersama. Individu ini tidak menyukai apabila terjadi sebuah hubungan yang dijalinnya sudah memasuki daerah privasi. Mereka akan cenderung menolak bahkan marah bila daerah privasinya diusik.

Hal-hal seperti ini dianggap fundamental bagi orientasi manusia dalam relasi sosial apapun. Setiap manusia mengembangkan kebutuhannya yang spesifik akan pemenuhan afeksi, rasa keterlibatan dan dilibatkan, serta kendali. Profil yang dimiliki seseorang dan bagaimana profil ini cocok dengan profil orang lain, akan menjadi faktor penentu pada pola dan hasil komunikasi mereka. Contoh : Leader dan follower. Kita bisa mengatakan bahwa leader berarti mempunyai kebutuhan kuat untuk memimpin, dimana follower akan menjadi pengikutnya. Sang leader dan follower akan “berfungsi” dengan baik dalam komunikasinya.
Bayangkan jika ada dua orang yang hidup atau bekerja sama, dan keduanya mempunyai keinginan yang relatif sama untuk mengendalikan, hal ini sangat mungkin akan memicu munculnya konflik diantara mereka. Contoh : A dan B keduanya memiliki keinginan kuat untuk memimpin, sangat mungkin akan muncul konflik diantara keduanya ketika menentukan siapa yang layak untuk memimpin.

Gaya komunikasi interpersonal juga memegang peran penting dalam pembentukan pola komunikasi dalam sebuah hubungan. Ada beberapa orang yang berkepribadian asertif yang lebih nyaman melakukan komunikasi verbal ketika berargumen dengan orang lain, ketika ada juga yang lebih pasif dan menjauhi hal tersebut. Orang-orang yang berkepribadian asertif akan cenderung lebih blak-blakan, menyatakan secara langsung tentang apa yang mereka rasakan terhadap orang lain. Orang-orang yang lebih pasif akan cenderung tidak akan menyatakan apa yang sesungguhnya mereka rasakan, bersikap tenang. Meskipun banyak manusia yang memiliki satu kepribadian tertentu, terkadang mereka sering memakai kepribadian lain tergantung pada situasi dan orang-orang yang sedang mereka hadapi.

3.        Power (Kekuatan / Kekuasaan)
The Power (Kekuasaan) adalah dimensi yang paling penting dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah salah satu bentukan dari pendistribusian kekuasaan, dimana individu menjadi pekerja untuk individu lainnya. Misalnya, hubungan yang asimetris atau di sebuah situasi pekerjaan.
 Ada banyak sekali situasi yang sering kali terjadi sehari-hari jika membicaraan mengenai hubungan yang asimetris dan dampaknya. Seperti hubungan antara guru dengan murid, orang tua dengan anak mereka, dokter dengan pasien, dan lainnya. Dari contoh ini dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu dari individu pelaku hubungan tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap hidup individu lainnya. Keadaan kenyataan ini sering kali di sebut dengan dampak substansial yang di timbulkan karena hubungan komunikasi interpersonal.
Pembahasan mengenai Kekuasaan meliputi:
·         Prinsip-Prinsip Kekuasaan
·         Jenis-Jenis Kekuasaan
·         Cara-cara Menguasai Komunikasi
(Pesan verbal dan nonverbal dalam perilaku Mendengarkan, Mengerjakan, Membuat Strategi, dan dalam Memberdayakan orang lain).

A.     PRINSIP-PRINSIP KEKUASAAN
Kekuasaan interpersonal adalah sesuatu yg memungkinkan seseorang untuk mengontrol perilaku org lain. Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akan lebih mudah dikenali dalam sebuah “diskusi” dengan menggunakan prinsip-prinsip yang menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal dan menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola kekuasaan. Contoh : Jika A memiliki kekuasaan atas B, maka A baik melalui latihan atau ancaman, dapat mengontrol perilaku B.

1.    Beberapa orang lebih berkuasa dari pada yang lain
Di Amerika Serikat (katanya), semua orang dianggap sama di mata hukum dan karena itu sama dalam hak mereka untuk pendidikan, perlindungan hukum, dan kebebasan berbicara. Tetapi semua orang tidak sama dalam hal-hal yang lain, seperti ada yang lahir dengan dibekali fisik yang kuat, tampan, dan sehat, yang lainnya dilahirkan lemah, kurang menarik, dan dengan berbagai penyakit warisan. Beberapa orang dilahirkan dalam kekuasaan, dan beberapa dari mereka tidak dilahirkan dalam keadaan kuat namun mereka belajar untuk menjadi kuat. Beberapa orang mengontrol orang lain dan beberapa orang dikendalikan orang lain.

2.    Kekuasaan bisa meningkat dan menurun
Semua orang bisa meningkatkan kekuatan mereka dalam beberapa cara. Di antaranya dengan latihan :
·         Mengangkat beban untuk meningkatkan kekuatan fisik anda.
·         Mempelajari teknik-teknik negosiasi dan meningkatkan kekuatan anda dalam situasi kelompok.
·         Mempelajari prinsip-prinsip komunikasi dan meningkatkan daya persuasif anda.
Kekuasaan juga bisa menurun dikarenakan mungkin cara yg paling umum untuk khilangan daya adalah dengan tidak berhasil mencoba mengontrol perilaku orang lain. Misalnya, orang yang mengancam anda dengan hukuman dan kemudian gagal untuk melaksanakan ancaman tersebut, maka ia kehilangan kekuasaan.

3.    Kekuasaan mengikuti prinsip “Kurang Berkepentingan”
Dalam setiap hubungan interpersonal, orang yang memegang kekuasaan adalah orang yang kurang tertarik dan kurang tergantung pda hadiah atau hukuman yg dikendalikan oleh org lain.
Misalnya, Pat tidak begitu berminat akan hadiah yang akan diberikan Chris, maka Pat berada pada posisi yang mengontrol hubungan. Jika di sisi lain, Pat membutuhkan penghargaan dari Chris, maka Chris yang mempertahankan kekuasaan dan mengontrol hubungan.

4.    Kekuasaan memiliki dimensi budaya
Di Asia, Afrika, Arab, juga dalam kebudayaan sebagian kawasan Eropa seperti Italia dan Yunani, ada jarak kekuasaan yg besar antara laki-laki dan perempuan. Pria memiliki kekuatan yang lebih besar, dan perempuan diharapkan untuk menyadari hal ini dan mematuhi implikasinya. Pria, membuat keputusan penting dan memiliki kata akhir dalam setiap perbedaan pendapat (Hatfield & Rapson, 1996).
Dalam banyak keluarga di Amerika Serikat, pria masih memiliki kekuatan yang lebih besar. Sebagian karena mereka mendapatkan lebih banyak uang, mereka juga membuat keputusan yang lebih penting. Sebaliknya, dalam budaya Arab, pria membuat keputusan yg lebih penting bukan karena ia menghasilkan uang lebih tetapi karena ia adalah laki-laki, dan laki-laki diberi kekuasaan yg lebih besar.

B.      JENIS-JENIS KEKUASAAN
Kekuasaan hadir dalam semua hubungan dan di semua simpang susun komunikasi. Tetapi jenis sangat bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain dan dari satu orang ke orang yang lain. Di sini kita mengidentifikasi enam jenis kekuasaan:
1)        Kekuasaan Rujukan
Anda memiliki kekuasaan rujukan atas orang lain ketika orang lain berkeinginan untuk menjadi seperti Anda atau ingin diidentifikasikan dengan Anda. Misalnya, kakak mungkin memiliki kekuasaan atas adik karena adik ingin menjadi seperti yang lebih tua. Asumsi yang dibuat oleh adik adalah bahwa ia akan hebat seperti kakaknya jika ia berbuat dan berperilaku seperti kakaknya.
2)        Kekuasaan Yang Sah
Anda memiliki kekuatan yang sah atas orang lain ketika mereka percaya bahwa anda memiliki hak, berdasarkan posisi anda untuk mempengaruhi atau mengendalikan perilaku mereka. Kekuasaan yang sah berasal dari keyakinan bahwa orang-orang tertentu harus memiliki kekuasaan atas kita, bahwa mereka memiliki hak untuk mempengaruhi kita karena posisi mereka. Sebagai contoh : Orang tua dipandang memiliki kekuasaan yang sah atas anak-anak mereka.
3)        Kekuasaan Ahli
Anda memiliki kekuasaan ahli atas orang lain ketika mereka melihat Anda memiliki keahlian atau pengetahuan. Pengetahuan Anda seperti yang terlihat oleh orang lain memberi Anda kekuasaan ahli.
Biasanya kekuasaan ahli bersifat subjek spesifik. Sebagai contoh: Ketika anda sakit, anda dipengaruhi oleh rekomendasi dari seseorang dengan kuasa ahli terkait dengan penyakit anda, katakanlah dokter. Tapi anda tidak akan dipengaruhi oleh rekomendasi dari seorang pembawa surat atau tukang ledeng. Anda memberikan kekuasaan ahli kepada seorang pengacara di bidang hukum atau kepada seorang psikiater dalam hal pikiran, tetapi idealnya anda tidak merubah posisi mereka.
4)        Kekuasaan Informasi & Persuasi
Kekuasaan informasi atau persuasi memiliki informasi secara logis dan persuasif. Jika orang lain percaya bahwa anda memiliki kemampuan persuasif, maka anda memiliki kekuasaan persuasi yang bisa digunakan sebagai kekuatan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.
5)        Kekuasaan Penghargaan
Kekuasaan penghargaan memiliki kekuatan imbalan atas orang lain jika anda memiliki kemampuan untuk menghargai mereka. Hadiah dapat berbentuk materi seperti uang, jabatan, perhiasan. Bisa juga berbentuk sosial seperti cinta, persahabatan, rasa hormat.
Maka jika anda dapat memberikan orang lain semacam imbalan, anda memiliki kontrol atas mereka untuk memperluas kekuasaan terhadap mereka dengan apa yang dapat anda berikan kepada mereka.
6)        Kekuasaan koersif anda memiliki kekuasaan
Pemaksa atas orang lain bila anda memiliki kemampuan untuk mengelola hukuman atau menghapus imbalan jika orang lain gagal menghasilkan sesuatu yang dapat mempengaruhi anda.

C.      CARA-CARA MENGUASAI KOMUNIKASI
1.        Kekuatan Berbicara
Apakah anda menghindari bentuk-bentuk tak berdaya dari pidato berikut?

Ø  Ragu-Ragu
Misalnya, "Eh, aku ingin mengatakan bahwa, ah, satu ini, eh, yang terbaik, kau tahu?" . (Ragu-ragu membuat suara Anda selip dan tidak pasti)
Ø  Terlalu Banyak Intensitifiers
Misalnya, "Sungguh, ini adalah yang terbesar, benar-benar fenomenal." . (Penguat yang terlalu banyak membuat semuanya terdengar sama dan tidak memungkinkan Anda untuk mengintensifkan apa yang harus ditekankan)
Ø  Disqualifiers
Misalnya, "Saya tidak membaca seluruh artikel, tapi ..."/"Saya tidak benar” mengikuti kecelakaan yg terjadi di negara itu, tapi ..." (Disqualifiers sinyal kurangnya kompetensi & perasaan ragu)
Ø  Tag Pertanyaan
Misalnya, "Itu adalah film yang hebat, bukan?" "Dia brilian, kan?" (Pertanyaan tag meminta persetujuan orang lain dan karena itu mungkin sinyal kebutuhan anda untukkesepakatan dan anda sendiri ragu)
Ø  Self-Pernyataan Kritis
Misalnya, "Saya tidak terlalu pandai dalam hal ini" atau "Ini adalah pidato publik pertama saya." (Terlalu sering mengkritik diri sendiri merupakan sinyal kurangnya kepercayaan diri)
Ø  Slang Dan Ekspresi Vulgar
Misalnya, “Cape dech!”, “Cepetan dong”, dan sebagainya. (Kekuatan Slang dan vulgar merupakan sinyal kelas sosial yang rendah).

2.        Kekuatan Nonverbal
Kekuatan nonverbal, adalah sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan Anda untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain (Burgoon, Buller, 8c Woodall, 1995).
Sebagai contoh, pakaian merupakan simbol-faktual yang memiliki arti sebagai otoritas untuk mempengaruhi orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa anda akan lebih mudah dipengaruhi oleh seseorang yang mengenakan seragam terhormat daripada oleh seseorang yang berpakaian sipil biasa.

3.        Kekuatan Mendengarkan
Kekuatan pendengar terdapat pada kemampuannya mendengarkan secara aktif. Mereka fokus dan berkonsentrasi pada apa yang sedang dibicarakan, terutama pada apa yang mereka inginkan atau butuhkan dari apa yg orang katakan (Fisher, 1995).
Dengarkan frase seperti "Saya mau...“, "Ini akan membantu jika saya...“, / "Saya sedang mencari...”
Sebagai contoh, komentar dengan “Sangat jelas apa yang Anda katakan tentang ...," atau "Jika Anda merasa sangat  peduli tentang..."
Pendengar tidak berdaya, mendengarkan secara pasif, tampaknya ia memikirkan hal lain dan hanya berpura” mendengarkan, & jarang memperhatikan apa yg org lain telah katakan ketika merekam merespon.5

4.        Conflict (Konflik)
Konflik adalah Ketidak cocokan ketertarikan antara dua orang atau lebih yang memberikan dampak negatif atau akan secara negatif mempengaruhi, sesuatu yang menjadi keperdulian pihak pertama. Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam  perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan  dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. 6

Alan Sillars, seorang peneliti  dalam bidang komunikasi menyarankan agar ketika seseorang terlibat dalam situasi konflik, untuk memberikan energi positif dengan mencari jalan tengah dan mendamaikan keduanya. Sillars juga menemukan ada 3 strategi komunikasi yang dapat di gunakan ketika sedang terjadi konflik :
  • Metode pasif – tidak langsung ( menjadi konflik, situasi dan orang yang terlibat di dalamnya)
  • Metode distribusi ( memaksimalkan keuntungan seseorang dan kekalahan lawan)
  • Metode intergratif ( menerima banyak pendapat positif untuk indidual dan hubungan mereka)

CONTOH ANALISA KASUS MELALUI CUPLIKAN FILM



Twilight - First Meet Bella and Cullens - School Scene - With Subtitle



Ø  Supportive and Defensive Climates
-          Hubungan supportive pada cuplikan video tersebut bisa kita lihat dari scene ketika Bella memasuki sekolah barunya, darisana terlihat bahwa teman-teman barunya menyambut Bella dengan penuh antusias. Mereka menanyakan beberapa hal pada Bella dan menunjukkan posisi ruang kelas Bella.

*Dari contoh hubungan supportive diatas, faktor yang mempengaruhinya adalah faktor kebutuhan dan gaya komunikasi interpersonal. Kebutuhan yang satu ini adalah kebutuhan akan mengekspresikan rasa affection. Ekspresi affection yang ideal. Hal ini terlihat dari adegan dimana mereka (teman-teman Bella) menyambut Bella dengan antusias. Mereka menunjukkan kepada Bella bahwa mereka senang dan mau berteman dengan Bella.

-          Hubungan defensive pada cuplikan video tersebut bisa kita lihat dari scene ketika Bella masuk kedalam kelasnya. Edward Cullen menatapnya dengan tatapan tidak ramah dan ketika bel kelas berbunyi, Edward langsung buru-buru keluar kelas. Karena tingkah laku Edward yang seperti itu kepadanya, Bella menjadi bingung dan bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang salah pada dirinya.

*Dari contoh hubungan defensive di atas, faktor pertama yang mempengaruhinya adalah faktor gaya komunikasi interpersonal. Dalam adegan tersebut, Edward terlihat sebagai seorang yang introvert, dibuktikan dengan gesture Edward yang hanya menatap Bella dalam-dalam tanpa berbicara sepatah kata pun. Faktor kedua adalah faktor tahap dalam suatu hubungan, karena ia baru bertemu dengan Bella, ia menjaga jarak dan kurang bersikap ramah kepada Bella.
Dari posisi Bella, sebuah hubungan defensive terbentuk karena faktor stage of relationship, di mana Bella baru saja mengenal Edward dan Edward sudah bertindak "aneh" terhadap dirinya, sehingga  sebagai respon, ia berusaha mencerna apa yang sebenarnya menyebabkan Edward bertidak seperti itu (mengkoreksi apa yang salah dengan dirinya) dan lebih memilih untuk menjaga jarak sementara sampai hubungan tersebut lebih dekat lagi, dan barulah saat moment yang tepat Bella bisa bertanya apa yang salah pada dirinya yang membuat Edward seperti itu.

Ø  Dependencies and Counterdependencies (Hubungan Ketergantungan dan Ketidak bergantungan)
-            Pada video tersebut, hubungan dependencies dapat kita lihat ketika kedua teman Bella, yaitu Jessica (yang mengenakan baju merah muda) dan Angela (yang memakai kacamata) sedang membahas mengenai keluarga Cullens; terdapat pada kutipan (setelah terjemahan) :
Jessica           : “Mereka pindah dari Alaska beberapa tahun yang lalu.”
Angela           : “Mereka lebih suka menutup diri.” (menyambung topik pembicaraan Jessica)
Jessica           : “Ya benar sekali. Karena mereka semua selalu bersama.”
Dari sedikit sorotan percakapan tersebut terlihat bahwa di antara Jessica dan Angela terjalin sebuah ketergantungan; Angela berusaha untuk meneruskan perkataan Jessica, dan Jessica juga menyetujui apa yang dikatakan Angela sebagai penerusan kata-katanya.

-          Hubungan counterdependencies pada cuplikan tersebut lagi-lagi dapat kita lihat dari percakapan Angela dan Jessica yang demikian (setelah diterjemahkan) :
Jessica           : “Gadis yang berambut pirang itu adalah Rosalie dan pria yang berambut gelap itu adalah Emmet. Mereka seperti sepasang kekasih. Tetapi aku tidak yakin hubungan mereka tersebut legal atau tidak.”
Angela           : “ Jess, tetapi hubungan mereka tidak sepenuhnya terlihat seperti apa yang kaupikirkan.” (seolah-olah menentang atau tidak menyetujui apa yang dikatakan Jessica)
Jessica           : “Aku tahu itu, tetapi mereka tinggal bersama dan itu terkesan tidak wajar.”
Dalam sorotan percakapan yang singkat tersebut terlihat bahwa Angela tidak menyetujui apa yang dikatakan Jessica dengan memberikan pernyataan yang lain (alasan ketidaksetujuannya). Hal itu menunjukkan percakapan Angela dan Jessica tidak saling bergantung lagi, tetapi masing-masing mulai memiliki pikiran yang berbeda dan berdiri atas pendapatnya masing-masing.

*Dari kedua contoh dependencies dan counterdependencies di atas, terdapat dua faktor yang mempengaruhinya. Faktor pertama yang mempengaruhi pola hubungan mereka adalah faktor Tahap & Konteks dalam Suatu Hubungan. Hal ini terlihat dari pembicaraan Jessica dan Angela yang saling berkesinambungan, gaya dan bahasa mereka mengisyaratkan bahwa mereka mampu bertukar informasi satu sama lain dengan lepas, karena Jessica dan Angela berada pada tahap pertemanan yang dekat. Mereka membicarakan tentang keluarga Cullen karena mereka sama-sama punya informasi tentang keluarga itu. Dan di sisi lain, tujuan pembicaraan mereka adalah untuk memberikan informasi tersebut kepada Bella, yang notabenenya adalah siswi baru di sekolah itu. Faktor kedua yang mempengaruhi pola hubungan mereka adalah kebutuhan dan gaya komunikasi interpersonal. Dari perkataan Jessica, dapat kita lihat bahwa Jessica cenderung berbicara ceplas-ceplos/ blak-blakan, dan sudah bisa ditebak bahwa Jessica adalah seorang yang ekstrovert. Jessica bahkan menyatakan pandangannya mengenai Rosalie dan Emett yang tinggal bersama meskipun mereka belum menikah, dan pandangannya ia nyatakan secara eksplisit. Angela sendiri juga memiliki  gaya interpersonal yang cukup terbuka dan ia mau mengutarakan isi pikirannya, hal ini terlihat dari pendapatnya  “ Jess, tetapi hubungan mereka tidak sepenuhnya terlihat seperti apa yang kaupikirkan.”. Pendapat ini secara implisit menyiratkan ketidaksetujuan Angela pada perkataan Jessica.

Ø  Progressive dan Regressive Spirals
Dalam cuplikan video tersebut hanya dapat kita temui pola hubungan yang berbetuk regressive spirals. Hal tersebut dapat kita lihat dari dua adegan dalam vdeo tersebut, yaitu :
-          Adegan di kantin, ketika Edward menatap Bella dengan tatapan mata yang tajam dari meja seberang, Bella menjadi merasa bingung dan tidak nyaman dengan tatapan tajam Edward tersebut. Bella terllihat seolah-seolah sedang berpikir tentang banyak hal di benaknya, mengapa Edward terlihat begitu dingin menatapnya seperti itu.

*Dari contoh hubungan regressive di atas, faktor konteks komunikasi yang wujudnya adalah situasi kantin yang ramai, juga memegang peranan. Suasana kantin yang sedang ramai membuat Edward hanya bisa menatap Bella saja. Edward hanya mengirimkan “sinyal-sinyal” penasaran melalui tatapannya. Faktor stage of relationship juga memegang peranan, terlihat hubungan mereka sudah mulai naik ke tingkat yang lebih tinggi, diwujudkan melalui tatapan Edward adalah transmitter “sinyal-sinyal” penasaran Edward kepada Bella.


-          adegan di dalam laboratorium, ketika Bella baru memasuki ruangan lab dan Edward langsung menutup hidungnya. Bella mengira bahwa tubuhnya berbau tidak sedap; padahal maksud Edward yang sebenarnya bukan seperti itu. Terlihat adanya kesalahpahaman antara Edward dan Bella. Hal ini disebabkan karena Edward hanya menutup hidung dan tidak menjelaskan kepada Bella mengapa ia bertindak seperti itu.

*Dari contoh hubungan progressive diatas, factor yang mempengaruhi adalah stage of relationship. Terlihat bahwa Edward masih nampak menjaga jarak dengan Bella, meskipun mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Bahkan, gesture Edward terlihat semakin “aneh” yaitu Edward menutup hidungnya. Edward menutup hidungnya bukan karena bau badan Bella yang tidak sedap, melainkan karena Edward sedang menahan diri. Bagi Edward, bau badan Bella sangatlah menarik, untuk seorang vampire seperti dirinya.  





       Daftar Pustaka

Ruben, Brent D. Communication and Human Behaviour, Page 260-265. Pearson. 2006.