POLA-POLA SUATU
HUBUNGAN (RELATIONAL PATTERNS)
1. Supportive and Defensive Climates
Supportive Climate adalah ketika kita
menanggapi apa yang dikomunikasikan oleh orang lain, maka mereka akan merasa
dikonfirmasi dan didukung yang menyebabkan kita dapat berkomunikasi secara
terbuka dengan mereka. Contoh : Menggambarkan apa yang diungkapkan seseorang
berdasarkan pikiran atau perasaannya, akan tetapi hal itu tidak menilai yang lain.
Contohnya, “aku berharap kamu tidak melakukan itu.”
Contoh kasus :
Kristen Stewart yang selingkuh dengan sutradara Snow
White And The Huntsman (Rupert Sanders). Pada saat foto-foto selingkuhnya
beredar di media massa, Kristen Stewart langsung mengkonfirmasi apa yang
terjadi dan meminta maaf secara terbuka. Masyarakat merasa itu adalah tindakan
yang berani dan alhasil beberapa dari mereka mendukung Kristen Stewart dengan
mengatakan “Dia masih muda” atau “aku berharap dia tidak melakukannya, tapi dia
sungguh menyesal apa yang telah diperbuatnya”. Contoh dari kasus ini ingin
mengatakan bahwa pada saat kita bisa berkomunikasi secara terbuka, maka akan
terjadi saling pengertian.
Defensive Climate adalah jika tidak
dikonfirmasi dalam komunikasi, maka kita merasa defensive dan berhati-hati yang
menyebabkan kita tidak bisa terbuka dalam berkomunikasi. Contoh : Kita
cenderung merasa defensive ketika kita merasa bahwa orang lain menilai kita,
seperti; “itu adalah keputusan bodoh”
Contoh kasus:
Yuni Shara dan Raffi Ahmad yang tidak lagi bersama.
Pada saat dikonfirmasi mengenai masalah ini Raffi Ahmad bungkam dan tidak
mengatakan apa-apa. Hubungan mereka selalu dilanda masalah seperti Yuni Shara
yang mengangggap bahwa Raffi Ahmad seperti anak kecil atau pecicilan.
2. Dependencies
& Counterdependencies (Hubungan Ketergantungan dan
Tidak Ketergantungan)
Dinamika daripada sebuah
ketergantungan dan ketidaktergantungan bersifat lazim pada kebanyakan hubungan
dan bersangkutan terhadap berbagai jenis hal pada waktu tertentu. Sebuah
hubungan ketergantungan terbentuk ketika seorang individu dalam sebuah hubungan
memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain dalam bentuk dukungan,
uang, pekerjaan, kepemimpinan, ataupun arahan/petunjuk yang menggeneralisasikan
ketergantungan terhadap aspek-aspek lain di dalam sebuah hubungan. Contoh klasik
daripada dinamika hubungan ini terbentuk antara anakan-anak dnegan orang
tuanya; dan dalam beberapa kasus teretntu, antara para terapis dengan
pasiennya. Pada kedua contoh tersebut, seorang individu memiliki kebutuhan atau
tujuan tertentu, yang diimana kebutuhan/tujuan tersebut dapat dipenuhi oleh
seorang atau beberapa individu lainnya di dalam sebuah hubungan. Sebuah pola
ketergantungan dapat menjadi lebih umum, sehingga seorang akan datang untuk
bergantung pada seorang yang lain dalam berbagai keadaan yang tidak terkait
dengan dasar asli daripada ketergantungan itu sendiri. Ketika hal seperti ini
muncul, dinamika telah diatur dalam pergerakan yang dapat memiliki dampak dan
konsekuensi yang jauh lebih luas bagi individu serta hubungan. Apakah
orang-orang akan membahas mengenai politik, jenis kelamin, ataupun agama;
apakah mereka mencoba untuk menentukan di mana mereka akan makan dan di mana
mereka akan tinggal; orang yang memiliki ketergantungan tersebut akan mengambil
petunuk/isyarat dari orang lain yang telah menjadi sosok panutan bagi mereka
untuk belajar / bergantung. Seperti
terdapat pada contoh percakapan yang berikut ini :
Alice :
“Menurutku, kita lebih baik pergi ke The Tavern untuk makan siang. Bagaimana
pendapatmu, Jennny?”
Jenny :
“Menurutku itu ide yang bagus.”
Alice :
“Coba pikirkan, The Tavern akan sangat ramai pada jam ini. Bagaimana kalau kita
ke Corner Grill saja?”
Jenny :
“Tentu saja, itu juga ide yang bagus.”
Dalam hubungan yang lainnya, atau
dalam hubungan yang sama dalam waktu yang berbeda, ketergantungan terdapat pada
arah yang berlawanan. Pada situasi ini, seorang individu berkaitan dnegan
invidu-individu yang lainnya bukan dalam bentuk ketergantungan, tetapi dalam
bentuk ketidaktergantungan. Seorang invidu yang memiliki ketergantungan akan
mengumpulkan dan mneerima berbagai macam informasi/pendapat dari individu lain
mengenai berbagai macam topik; namun di sisi lain, orang yang tidak memiliki
ketergantungan akan secara khusus menunjukkan ketidaksetujuannya tehadap
beberapa hal yang disampaikan oleh orang lain sebagai lawan bicaranya; seperti yang terdapat pada contoh berikut :
Alice :
“Menurutku, kita lebih baik pergi ke The Tavern untuk makan siang. Bagaimana pendapatmu,
Jennny?”
Jenny :
“Aku sudah bosan pergi ke The Tavern.”
Alice :
“Bagaimana kalau kita ke Corner Grill saja?”
Jenny :
“ Kita terlalu memakan waktu yang lama untuk memutuskan. Sudahlah, kita lebih baik
pergi ke The Tavern saja.”
Dalam contoh kasus pertama, dapat kita asumsikan
bahwa Jenny pasti akan mengikuti /menyetujui apa yang dikatakan oleh Alice.
Tetapi, pada contoh kedua, terkesan bahwa apapun yang Alice katakan/sarankan,
Jenny tidak akan menyetujuinya. Karena ketergantungan dan ketidaktergantungan telah menjadi suatu hal
yang biasa di dalam sebah hubungan, mereka akan membentuk, mengarahkan, dan
sering membanyang-bayangi isi soesifik daripada sebuah percakapan. Isi daripada
apa yang dibicarakan oleh individu di dalam suatu percakapan akan memberikan
dampak baik itu besra ataupun kecil bagi dinamika. Ketika individu A berkata
“ya” dan individu B akan menyetujuinya; atau ketika individu A berkata “tidak”.
3. Progressive and Regressive
Spirals
Progressive Spirals merupakan perubahan yang mengarah pada hal-hal
yang diharapkan (menuju
ke arah kemajuan). Progressive Spirals dapat kita lihat dalam suatu proses ketika seseorang bertindak atau
bereaksi dalam rangka mencapai kebutuhan dan tujuan mereka di dalam suatu hubungan. Proses ini jika
dilakukan secara berkesinambungan/berkelanjutan dapat meningkatkan/mengembangkan
keharmonisan dan kepuasan kepada orang lain dalam suatu hubungan. Di dalam
proses progressive spirals, pesan yang mempunyai hubungan timbal balik dapat
menciptakan hal-hal yang positif di dalam pengalaman mereka. Dan juga, dengan
adanya kepuasan yang berasal dari setiap orang atau masing-masing orang dapat
membangun diri mereka sendiri menjadi lebih baik, dan hasil lainnya adalah
dapat dijadikan sebagai sumber bagi perkembangan .... dan memberikan nilai
kepada siapa saja yang terlibat di dalamnya.
Contoh :
Ketika seorang wanita yang sudah berusaha keras untuk
berdandan agar dapat terlihat cantik di depan pacarnya. Kemudian pacarnya
menyukai usaha keras yang dilakukan oleh wanita tersebut dan memberikan pujian
yang diharapkan oleh wanita tersebut,
sehingga membuat wanita tersebut merasa sangat senang dan puas. Dan
akhirnya membuat hubungan mereka semakin dekat. Dalam hal ini kita dapat
melihat bahwa kasus ini termasuk dalam pattern progressive Spirals yang
menciptakan hal-hal yang positif bagi hubungan mereka dan menciptakan kepuasan
bagi wanita tersebut.
Regressive Spirals merupakan perubahan
yang mengarah pada hal-hal yang tidak diharapkan (menuju ke arah kemunduran).
Regressive Spirals dapat memberikan konstribusi yang dapat mengurangi tingkat
kepuasan dan keharmonisan yang telah dibangun dalam proses Progressive Spirals.
Dalam keadaan ini, regressive spirals dapat meningkatkan ketidaknyamanan, jarak
yang semakin jauh, frustasi, kesalahpahaman dan ketidakpuasan bagi siapa saja
yang terlibat.
Contoh :
Pada episode terakhir di film gossip girl season
3, kita dapat menemukan adegan dimana Nate dan Serena putus, karena Nate
menuduh Serena tidak setia atau selingkuh (Mengetahui hal ini dari orang lain).
Kemudian Serena menyalahkan Nate yang terlalu mudah mempercayai perkataan orang
lain, sedangkan Nate yang semakin curiga dan
tetap merasa bahwa yang dikatakan oleh orang lain tersebut adalah benar
(bahwa Serena tidak setia atau selingkuh). Disini kita dapat melihat bahwa
kasus ini termasuk dalam pattern Regressive Spirals. Ketika satu kesalahpahaman
membuat hubungan mereka menjadi kacau dan akhirnya putus. Mereka tidak bisa
saling mempercayai satu sama lain lagi. 1
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI POLA SUATU HUBUNGAN (FACTORS THAT INFLUENCE
PATTERNS)
1.
Stage
of Relationship & context (Tahap dalam Suatu Hubungan & Konteks dalam
Suatu Hubungan)
Pola komunikasi dalam sebuah hubungan umumnya
berbeda-beda pada setiap tahapannya. Contoh : Orang yang baru berkenalan pasti
berinteraksi dengan cara yang berbeda jika dibandingkan dengan orang yang sudah
saling kenal dalam waktu yang cukup lama.
Natur pada
pola komunikasi intrapersonal juga bervariasi tergantung dari tempat
dilakukannya sebuah komunikasi. Contoh : Ani dan Budi yang bertemu saat mereka
di pasar akan cenderung berperilaku berbeda apabila pada kesempatan lain mereka
bertemu lagi saat sedang menghadiri rapat penting. 2
2.
Interpersonal
Needs and Styles (Kebutuhan dan Gaya Komunikasi Interpersonal)
Sering
dicatat bahwa hal yang terpenting dari factor ini adalah untuk menyalurkan rasa
keterlibatan dan dilibatkan, kendali, dan afeksi. William Schutz(1966)
mengemukakan dalam teori FIRO(Fundamental
Interpersonal Relationship Orientation) bahwa keinginan relatif
manusia adalah untuk memberi dan menerima afeksi, dilibatkan dalam kegiatan
orang lain dan melibatkan orang lain dalam kegiatannya, mengendalikan dan
dikendalikan oleh orang lain (inclusion, control, affection). 3
Kebutuhan seseorang untuk melibatkan diri dengan orang lain atau
membutuhkan orang lain untuk melibatkan dirinya. Tingkah
laku ini ditujukan untuk mencapai
kepuasan individu sebagai makhluk social yang saling bergantung satu sama lain.
Contohnya : keinginan untuk berkelompok dan bergabung antar sesama manusia.
Tingkah
laku inklusi yang positif memiliki ciri-ciri: adanya persamaan, saling
berhubungan, dan rasa persatuan dengan kelompok dimana ia bergabung. Kebutuhan inklusi berorientasi pada keinginan
untuk diakui sebagai seseorang yang berkemampuan dalam suatu kondisi. Ada
kecenderungan pada seseorang, ingin dijadikan “sandaran” untuk berkonsultasi,
bertanya dan diminta pendapatnya. Intensitas kebutuhan pemenuhan dimensi
inklusi ini tidaklah sama pada tiap individu. Contoh mengekspresikan inklusi: chatting/ BBM-an dengan teman, mengajak
sekelompok teman untuk berjalan-jalan bersama. Contoh menginginkan inklusi: menunggu ditelfon seseorang, meninginkan
untuk diajak makan siang bersama dengan teman. 4
Ada 3 tipe inklusi :
§
Oversocial
Mereka yang masuk dalam golongan ini memiliki
kebutuhan inklusi yang sangat tinggi. Orang-orang yang cenderung ekstrovert.
Orang-orang ini adalah individu yang memiliki keinginan besar untuk eksis dalam kelompok dimana ia bernaung.
Kredibilitas sang individu bisa hilang karena keinginannya yang satu ini. Sang
individu terlalu sibuk untuk menjadi eksis
sehingga ia tidak memahami interaksi yang terjadi didalam kelompoknya. Secara
umum, baik undersocial maupun oversocial dilatarbelakangi oleh
rasa kegelisahan yang sama, tapi dalam dua konteks yang berbeda. Baik undersocial maupun oversocial, keduanya takut dianggap tidak berguna dalam
kelompoknya.
§
Social
Memiliki kebutuhan inklusi yang ideal.
Berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain secara wajar dan tidak terlalu
mengharapkan untuk dihubungi balik. Orang-orang yang seperti ini akan
bersosialisasi secara normal dan alami apa adanya dalam kelompoknya.
§
Undersocial
Orang-orang yang kurang suka bahkan cenderung
menghindar untuk bersama-sama dengan orang lain. Apabila si undersocial sudah bergabung dalam sebuah
kelompok, ia lebih memilih untuk menghindar dari interaksi interpersonal.
Individu ini memilih untuk membangun
dunianya sendiri dibanding menanggung risiko ditolak saat berinteraksi
dalam kelompoknya.
ü Control
Kebutuhan
yang berhubungan dengan kontrol dan kekuasaan. Keinginan untuk mengendalikan
dan dikendalikan oleh orang lain. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh
atau tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol dan kekuasaan.
Contoh kontrol yang positif, yaitu: mengatur, memimpin, dan mempengaruhi.
Contoh kontrol yang negatif, yaitu: memberontak dan melawan. Beberapa tipe dari kontrol, yaitu:
·
Autocrat
Individu
yang control-freak dapat
dikategorikan dalam autocrat. Individu ini memiliki kecenderungan untuk
bersikap dominan terhadap orang lain dalam tingkah laku antarpribadi. Mereka
memposisikan diri sebagai yang paling
tinggi. Mereka memiliki karakteristik yang mendominasi interaksi dalam
kelompok, baik interaksi interpersonal maupun dalam pengambilan keputusan
tertentu. Sifatnya yang mendominasi ini akan cenderung melekatkan diri mereka
sebagai seorang pribadi yang otoriter.
·
Democrat
Individu
yang akan mengalami pemuasan secara ideal dari kebutuhan kontrol
antar-pribadinya. Individu ini mampu
memberi perintah maupun diperintah oleh orang lain. Ia juga mampu bertanggung
jawab dan memberikan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan kata lain, mereka
tahu tempat dan tahu jelas, kapan mereka memimpin dan kapan mereka dipimpin.
·
Abdicrat
Cenderung
merendahkan diri dan tidak ingin ikut campur dalam pengambilan keputusan adalah
salah dua ciri seorang yang abdicrat. Mereka masuk dalam suatu kelompok karena
mereka tahu bahwa ada individu lain yang bisa mengemban tanggung jawab. Mereka
juga akan cenderung mengambil posisi sebagai bawahan.
ü Affection
Kebutuhan
kasih sayang/ afeksi yang dimaksud adalah antara manusia dengan lingkungannya.
Seorang individu membutuhkan kasih sayang, kedekatan dalam berinteraksi sebagai
pemuas kebutuhannya dalam kelompok. Kebutuhan akan rasa kasih sayang merupakan
salah satu penyebab mengapa seseorang berperan aktif dalam kelompoknya. Yang
paling fundamental dalam kebutuhan afeksi adalah kebutuhan untuk disukai, diterima
apa adanya, dan kesempatan untuk membangun hubungan pribadi yang dekat dengan
individu lain. Ingin untuk dekat dengan orang lain, dan ingin individu lain
untuk dekat dengannya. Kedua pribadi yang saling berkomunikasi membutuhkan
pengakuan dan keramahan emosional satu sama lain. Contoh mengekspresikan afeksi
yang positif: menyentuh, saling tersenyum sama lain, kontak mata yang intens,
dan saling memuji. Contoh mengekspresikan afeksi yang negatif : saling
menghina, menjaga jarak, bersikap dingin satu sama lain. Beberapa tipe dari Afeksi:
§ Overpersonal
Golongan
bagi individu yang membutuhkan keinginan afeksi yang terlalu tinggi.
Orang-orang overpersonal selalu
menginginkan hubungan yang sangat dekat dalam berinteraksi dengan orang lain.
Orang-orang ini selalu ingin mengetahui apapun tentang orang lain secara
detail. Dalam menjalin hubungan cenderung terlalu terbuka, hampir tidak ada
rahasia satu sama lain. Tidak adanya daerah privasi dalam hubungan mereka.
§ Ideal
Orang-orang
yang bisa masuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang membutuhkan afeksi
dalam kadar wajar. Mereka tahu betul dengan siapa harus berhubungan dekat, dan
dengan siapa harus berhubungan biasa saja. Mereka membuat garis batasan daerah
privasi yang cukup jelas, namun kecil kemungkinannya bahwa mereka akan marah
apabila daerah privasinya sedikit terusik.
§ Underpersonal
Orang-orang underpersonal cenderung untuk menghindari sebuah hubungan yang
bersifat dekat. Mereka akan membangun
benteng sendiri dan mempertahankan supaya hubungannya tidak menjadi dekat.
Pribadi underpersonal membuat garis batasan yang jelas antara kawasan
pribadi dan bersama. Individu ini tidak menyukai apabila terjadi sebuah
hubungan yang dijalinnya sudah memasuki daerah privasi. Mereka akan cenderung
menolak bahkan marah bila daerah privasinya diusik.
Hal-hal
seperti ini dianggap fundamental bagi orientasi manusia dalam relasi sosial
apapun. Setiap manusia mengembangkan kebutuhannya yang spesifik akan pemenuhan
afeksi, rasa keterlibatan dan dilibatkan, serta kendali. Profil yang dimiliki
seseorang dan bagaimana profil ini cocok dengan profil orang lain, akan menjadi
faktor penentu pada pola dan hasil komunikasi mereka. Contoh : Leader dan
follower. Kita bisa mengatakan bahwa leader berarti mempunyai kebutuhan kuat
untuk memimpin, dimana follower akan menjadi pengikutnya. Sang leader dan
follower akan “berfungsi” dengan baik dalam komunikasinya.
Bayangkan
jika ada dua orang yang hidup atau bekerja sama, dan keduanya mempunyai
keinginan yang relatif sama untuk mengendalikan, hal ini sangat mungkin akan
memicu munculnya konflik diantara mereka. Contoh : A dan B keduanya memiliki
keinginan kuat untuk memimpin, sangat mungkin akan muncul konflik diantara
keduanya ketika menentukan siapa yang layak untuk memimpin.
Gaya
komunikasi interpersonal juga memegang peran penting dalam pembentukan pola
komunikasi dalam sebuah hubungan. Ada beberapa orang yang berkepribadian
asertif yang lebih nyaman melakukan komunikasi verbal ketika berargumen dengan
orang lain, ketika ada juga yang lebih pasif dan menjauhi hal tersebut.
Orang-orang yang berkepribadian asertif akan cenderung lebih blak-blakan, menyatakan secara langsung
tentang apa yang mereka rasakan terhadap orang lain. Orang-orang yang lebih
pasif akan cenderung tidak akan menyatakan apa yang sesungguhnya mereka
rasakan, bersikap tenang. Meskipun banyak manusia yang memiliki satu
kepribadian tertentu, terkadang mereka sering memakai kepribadian lain tergantung pada situasi dan orang-orang
yang sedang mereka hadapi.
3.
Power
(Kekuatan / Kekuasaan)
The
Power (Kekuasaan) adalah dimensi yang paling penting dari komunikasi
interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah salah satu bentukan dari
pendistribusian kekuasaan, dimana individu menjadi pekerja untuk individu
lainnya. Misalnya, hubungan yang asimetris atau di sebuah situasi pekerjaan.
Ada banyak sekali situasi yang sering kali
terjadi sehari-hari jika membicaraan mengenai hubungan yang asimetris dan
dampaknya. Seperti hubungan antara guru dengan murid, orang tua dengan anak mereka,
dokter dengan pasien, dan lainnya. Dari contoh ini dapat di tarik sebuah
kesimpulan bahwa salah satu dari individu pelaku hubungan tersebut memiliki
pengaruh yang besar terhadap hidup individu lainnya. Keadaan kenyataan ini
sering kali di sebut dengan dampak substansial yang di timbulkan karena
hubungan komunikasi interpersonal.
Pembahasan
mengenai Kekuasaan meliputi:
·
Prinsip-Prinsip Kekuasaan
·
Jenis-Jenis Kekuasaan
·
Cara-cara Menguasai Komunikasi
(Pesan verbal dan
nonverbal dalam perilaku Mendengarkan, Mengerjakan, Membuat Strategi, dan dalam
Memberdayakan orang lain).
A. PRINSIP-PRINSIP KEKUASAAN
Kekuasaan
interpersonal adalah sesuatu yg memungkinkan seseorang untuk mengontrol
perilaku org lain. Kekuasaan dalam hubungan interpersonal akan lebih mudah
dikenali dalam sebuah “diskusi” dengan menggunakan prinsip-prinsip yang
menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam hubungan interpersonal dan
menawarkan wawasan mengenai bagaimana anda dapat lebih efektif mengelola
kekuasaan. Contoh : Jika A memiliki kekuasaan atas B, maka A baik melalui
latihan atau ancaman, dapat mengontrol perilaku B.
1. Beberapa orang lebih berkuasa dari pada yang
lain
Di
Amerika Serikat (katanya), semua orang dianggap sama di mata hukum dan karena
itu sama dalam hak mereka untuk pendidikan, perlindungan hukum, dan kebebasan
berbicara. Tetapi semua orang tidak sama dalam hal-hal yang lain, seperti ada
yang lahir dengan dibekali fisik yang kuat, tampan, dan sehat, yang lainnya
dilahirkan lemah, kurang menarik, dan dengan berbagai penyakit warisan. Beberapa
orang dilahirkan dalam kekuasaan, dan beberapa dari mereka tidak dilahirkan
dalam keadaan kuat namun mereka belajar untuk menjadi kuat. Beberapa orang
mengontrol orang lain dan beberapa orang dikendalikan orang lain.
2. Kekuasaan bisa meningkat dan menurun
Semua
orang bisa meningkatkan kekuatan mereka dalam beberapa cara. Di antaranya
dengan latihan :
·
Mengangkat beban untuk
meningkatkan kekuatan fisik anda.
·
Mempelajari teknik-teknik
negosiasi dan meningkatkan kekuatan anda dalam situasi kelompok.
·
Mempelajari prinsip-prinsip
komunikasi dan meningkatkan daya persuasif anda.
Kekuasaan
juga bisa menurun dikarenakan mungkin cara yg paling umum untuk khilangan daya
adalah dengan tidak berhasil mencoba mengontrol perilaku orang lain. Misalnya,
orang yang mengancam anda dengan hukuman dan kemudian gagal untuk melaksanakan
ancaman tersebut, maka ia kehilangan kekuasaan.
3. Kekuasaan mengikuti prinsip “Kurang
Berkepentingan”
Dalam
setiap hubungan interpersonal, orang yang memegang kekuasaan adalah orang yang
kurang tertarik dan kurang tergantung pda hadiah atau hukuman yg dikendalikan
oleh org lain.
Misalnya,
Pat tidak begitu berminat akan hadiah yang akan diberikan Chris, maka Pat
berada pada posisi yang mengontrol hubungan. Jika di sisi lain, Pat membutuhkan
penghargaan dari Chris, maka Chris yang mempertahankan kekuasaan dan mengontrol
hubungan.
4. Kekuasaan memiliki dimensi budaya
Di
Asia, Afrika, Arab, juga dalam kebudayaan sebagian kawasan Eropa seperti Italia
dan Yunani, ada jarak kekuasaan yg besar antara laki-laki dan perempuan. Pria
memiliki kekuatan yang lebih besar, dan perempuan diharapkan untuk menyadari
hal ini dan mematuhi implikasinya. Pria, membuat keputusan penting dan memiliki
kata akhir dalam setiap perbedaan pendapat (Hatfield & Rapson, 1996).
Dalam
banyak keluarga di Amerika Serikat, pria masih memiliki kekuatan yang lebih
besar. Sebagian karena mereka mendapatkan lebih banyak uang, mereka juga
membuat keputusan yang lebih penting. Sebaliknya, dalam budaya Arab, pria
membuat keputusan yg lebih penting bukan karena ia menghasilkan uang lebih tetapi
karena ia adalah laki-laki, dan laki-laki diberi kekuasaan yg lebih besar.
B. JENIS-JENIS KEKUASAAN
Kekuasaan
hadir dalam semua hubungan dan di semua simpang susun komunikasi. Tetapi jenis
sangat bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain dan dari satu orang ke
orang yang lain. Di sini kita mengidentifikasi enam jenis kekuasaan:
1) Kekuasaan Rujukan
Anda
memiliki kekuasaan rujukan atas orang lain ketika orang lain berkeinginan untuk
menjadi seperti Anda atau ingin diidentifikasikan dengan Anda. Misalnya, kakak
mungkin memiliki kekuasaan atas adik karena adik ingin menjadi seperti yang
lebih tua. Asumsi yang dibuat oleh adik adalah bahwa ia akan hebat seperti
kakaknya jika ia berbuat dan berperilaku seperti kakaknya.
2) Kekuasaan Yang Sah
Anda
memiliki kekuatan yang sah atas orang lain ketika mereka percaya bahwa anda
memiliki hak, berdasarkan posisi anda untuk mempengaruhi atau mengendalikan
perilaku mereka. Kekuasaan yang sah berasal dari keyakinan bahwa orang-orang
tertentu harus memiliki kekuasaan atas kita, bahwa mereka memiliki hak untuk
mempengaruhi kita karena posisi mereka. Sebagai contoh : Orang tua dipandang
memiliki kekuasaan yang sah atas anak-anak mereka.
3) Kekuasaan Ahli
Anda
memiliki kekuasaan ahli atas orang lain ketika mereka melihat Anda memiliki
keahlian atau pengetahuan. Pengetahuan Anda seperti yang terlihat oleh orang
lain memberi Anda kekuasaan ahli.
Biasanya
kekuasaan ahli bersifat subjek spesifik. Sebagai contoh: Ketika anda sakit,
anda dipengaruhi oleh rekomendasi dari seseorang dengan kuasa ahli terkait
dengan penyakit anda, katakanlah dokter. Tapi anda tidak akan dipengaruhi oleh
rekomendasi dari seorang pembawa surat atau tukang ledeng. Anda memberikan kekuasaan
ahli kepada seorang pengacara di bidang hukum atau kepada seorang psikiater
dalam hal pikiran, tetapi idealnya anda tidak merubah posisi mereka.
4) Kekuasaan Informasi & Persuasi
Kekuasaan
informasi atau persuasi memiliki informasi secara logis dan persuasif. Jika
orang lain percaya bahwa anda memiliki kemampuan persuasif, maka anda memiliki
kekuasaan persuasi yang bisa digunakan sebagai kekuatan untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku orang lain.
5) Kekuasaan Penghargaan
Kekuasaan
penghargaan memiliki kekuatan imbalan atas orang lain jika anda memiliki
kemampuan untuk menghargai mereka. Hadiah dapat berbentuk materi seperti uang,
jabatan, perhiasan. Bisa juga berbentuk sosial seperti cinta, persahabatan,
rasa hormat.
Maka
jika anda dapat memberikan orang lain semacam imbalan, anda memiliki kontrol
atas mereka untuk memperluas kekuasaan terhadap mereka dengan apa yang dapat
anda berikan kepada mereka.
6) Kekuasaan koersif anda memiliki
kekuasaan
Pemaksa
atas orang lain bila anda memiliki kemampuan untuk mengelola hukuman atau
menghapus imbalan jika orang lain gagal menghasilkan sesuatu yang dapat
mempengaruhi anda.
C. CARA-CARA MENGUASAI KOMUNIKASI
1. Kekuatan Berbicara
Apakah
anda menghindari bentuk-bentuk tak berdaya dari pidato berikut?
Ø Ragu-Ragu
Misalnya,
"Eh, aku ingin mengatakan bahwa, ah, satu ini, eh, yang terbaik, kau
tahu?" . (Ragu-ragu membuat suara Anda selip dan tidak pasti)
Ø Terlalu Banyak Intensitifiers
Misalnya,
"Sungguh, ini adalah yang terbesar, benar-benar fenomenal." .
(Penguat yang terlalu banyak membuat semuanya terdengar sama dan tidak
memungkinkan Anda untuk mengintensifkan apa yang harus ditekankan)
Ø Disqualifiers
Misalnya,
"Saya tidak membaca seluruh artikel, tapi ..."/"Saya tidak
benar” mengikuti kecelakaan yg terjadi di negara itu, tapi ..."
(Disqualifiers sinyal kurangnya kompetensi & perasaan ragu)
Ø Tag Pertanyaan
Misalnya,
"Itu adalah film yang hebat, bukan?" "Dia brilian, kan?"
(Pertanyaan tag meminta persetujuan orang lain dan karena itu mungkin sinyal
kebutuhan anda untukkesepakatan dan anda sendiri ragu)
Ø Self-Pernyataan Kritis
Misalnya,
"Saya tidak terlalu pandai dalam hal ini" atau "Ini adalah
pidato publik pertama saya." (Terlalu sering mengkritik diri sendiri
merupakan sinyal kurangnya kepercayaan diri)
Ø Slang Dan Ekspresi Vulgar
Misalnya,
“Cape dech!”, “Cepetan dong”, dan sebagainya. (Kekuatan Slang dan vulgar
merupakan sinyal kelas sosial yang rendah).
2. Kekuatan Nonverbal
Kekuatan
nonverbal, adalah sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan Anda untuk membujuk
dan mempengaruhi orang lain (Burgoon, Buller, 8c Woodall, 1995).
Sebagai
contoh, pakaian merupakan simbol-faktual yang memiliki arti sebagai otoritas
untuk mempengaruhi orang lain.
Penelitian
menunjukkan bahwa anda akan lebih mudah dipengaruhi oleh seseorang yang
mengenakan seragam terhormat daripada oleh seseorang yang berpakaian sipil
biasa.
3. Kekuatan Mendengarkan
Kekuatan
pendengar terdapat pada kemampuannya mendengarkan secara aktif. Mereka fokus
dan berkonsentrasi pada apa yang sedang dibicarakan, terutama pada apa yang
mereka inginkan atau butuhkan dari apa yg orang katakan (Fisher, 1995).
Dengarkan
frase seperti "Saya mau...“, "Ini akan membantu jika saya...“, /
"Saya sedang mencari...”
Sebagai
contoh, komentar dengan “Sangat jelas apa yang Anda katakan tentang ...,"
atau "Jika Anda merasa sangat
peduli tentang..."
Pendengar
tidak berdaya, mendengarkan secara pasif, tampaknya ia memikirkan hal lain dan
hanya berpura” mendengarkan, & jarang memperhatikan apa yg org lain telah
katakan ketika merekam merespon.5
4.
Conflict
(Konflik)
Konflik
adalah Ketidak cocokan ketertarikan antara dua orang atau lebih yang memberikan
dampak negatif atau akan secara negatif mempengaruhi, sesuatu yang menjadi
keperdulian pihak pertama. Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar
seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal
ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja
dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat
penting dalam perilaku organisasi. Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak
bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. 6
Alan
Sillars, seorang peneliti dalam bidang
komunikasi menyarankan agar ketika seseorang terlibat dalam situasi konflik,
untuk memberikan energi positif dengan mencari jalan tengah dan mendamaikan
keduanya. Sillars juga menemukan ada 3 strategi komunikasi yang dapat di
gunakan ketika sedang terjadi konflik :
- Metode pasif – tidak langsung (
menjadi konflik, situasi dan orang yang terlibat di dalamnya)
- Metode distribusi ( memaksimalkan
keuntungan seseorang dan kekalahan lawan)
- Metode intergratif ( menerima
banyak pendapat positif untuk indidual dan hubungan mereka)
CONTOH ANALISA KASUS MELALUI CUPLIKAN
FILM
Twilight - First Meet Bella and Cullens - School Scene - With Subtitle
Ø Supportive and Defensive Climates
-
Hubungan supportive pada cuplikan video tersebut bisa kita
lihat dari scene ketika Bella memasuki sekolah barunya, darisana terlihat bahwa
teman-teman barunya menyambut Bella dengan penuh antusias. Mereka menanyakan
beberapa hal pada Bella dan menunjukkan posisi ruang kelas Bella.
*Dari contoh hubungan supportive diatas, faktor yang mempengaruhinya
adalah faktor kebutuhan dan gaya komunikasi interpersonal. Kebutuhan yang satu
ini adalah kebutuhan akan mengekspresikan rasa affection. Ekspresi affection
yang ideal. Hal ini terlihat dari
adegan dimana mereka (teman-teman Bella) menyambut Bella dengan antusias.
Mereka menunjukkan kepada Bella bahwa mereka senang dan mau berteman dengan
Bella.
-
Hubungan defensive pada cuplikan video tersebut bisa kita
lihat dari scene ketika Bella masuk kedalam kelasnya. Edward Cullen menatapnya
dengan tatapan tidak ramah dan ketika bel kelas berbunyi, Edward langsung
buru-buru keluar kelas. Karena tingkah laku Edward yang seperti itu kepadanya,
Bella menjadi bingung dan bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang salah pada
dirinya.
*Dari contoh hubungan defensive di atas, faktor pertama yang
mempengaruhinya adalah faktor gaya komunikasi interpersonal. Dalam adegan
tersebut, Edward terlihat sebagai seorang yang introvert, dibuktikan dengan
gesture Edward yang hanya menatap Bella dalam-dalam tanpa berbicara sepatah
kata pun. Faktor kedua adalah faktor tahap dalam suatu hubungan, karena ia baru
bertemu dengan Bella, ia menjaga jarak dan kurang bersikap ramah kepada Bella.
Dari posisi Bella, sebuah hubungan defensive terbentuk karena faktor
stage of relationship, di mana Bella baru saja mengenal Edward dan Edward sudah
bertindak "aneh" terhadap
dirinya, sehingga sebagai respon, ia
berusaha mencerna apa yang sebenarnya menyebabkan Edward bertidak seperti itu
(mengkoreksi apa yang salah dengan dirinya) dan lebih memilih untuk menjaga
jarak sementara sampai hubungan tersebut lebih dekat lagi, dan barulah saat
moment yang tepat Bella bisa bertanya apa yang salah pada dirinya yang membuat
Edward seperti itu.
Ø Dependencies and Counterdependencies (Hubungan Ketergantungan
dan Ketidak bergantungan)
-
Pada video tersebut, hubungan
dependencies dapat kita lihat ketika kedua teman Bella, yaitu Jessica (yang
mengenakan baju merah muda) dan Angela (yang memakai kacamata) sedang membahas
mengenai keluarga Cullens; terdapat pada kutipan (setelah terjemahan) :
Jessica : “Mereka pindah dari Alaska beberapa
tahun yang lalu.”
Angela : “Mereka lebih suka menutup diri.”
(menyambung topik pembicaraan Jessica)
Jessica : “Ya benar sekali. Karena mereka semua selalu bersama.”
Dari sedikit sorotan percakapan tersebut terlihat
bahwa di antara Jessica dan Angela terjalin sebuah ketergantungan; Angela
berusaha untuk meneruskan perkataan Jessica, dan Jessica juga menyetujui apa
yang dikatakan Angela sebagai penerusan kata-katanya.
-
Hubungan counterdependencies pada
cuplikan tersebut lagi-lagi dapat kita lihat dari percakapan Angela dan Jessica
yang demikian (setelah diterjemahkan) :
Jessica :
“Gadis yang berambut pirang itu adalah Rosalie dan pria yang berambut gelap itu
adalah Emmet. Mereka seperti sepasang kekasih. Tetapi aku tidak yakin hubungan
mereka tersebut legal atau tidak.”
Angela :
“ Jess, tetapi hubungan mereka tidak sepenuhnya terlihat seperti apa yang
kaupikirkan.” (seolah-olah menentang atau tidak menyetujui apa yang dikatakan
Jessica)
Jessica :
“Aku tahu itu, tetapi mereka tinggal bersama dan itu terkesan tidak wajar.”
Dalam sorotan percakapan yang singkat tersebut
terlihat bahwa Angela tidak menyetujui apa yang dikatakan Jessica dengan memberikan
pernyataan yang lain (alasan ketidaksetujuannya). Hal itu menunjukkan
percakapan Angela dan Jessica tidak saling bergantung lagi, tetapi
masing-masing mulai memiliki pikiran yang berbeda dan berdiri atas pendapatnya
masing-masing.
*Dari kedua contoh dependencies dan
counterdependencies di atas, terdapat dua faktor yang mempengaruhinya. Faktor
pertama yang mempengaruhi pola hubungan mereka adalah faktor Tahap
& Konteks dalam Suatu Hubungan. Hal ini terlihat dari pembicaraan Jessica
dan Angela yang saling berkesinambungan, gaya dan bahasa mereka mengisyaratkan
bahwa mereka mampu bertukar informasi
satu sama lain dengan lepas, karena Jessica dan Angela berada pada tahap
pertemanan yang dekat. Mereka membicarakan tentang keluarga Cullen karena
mereka sama-sama punya informasi tentang keluarga itu. Dan di sisi lain, tujuan
pembicaraan mereka adalah untuk memberikan informasi tersebut kepada Bella,
yang notabenenya adalah siswi baru di sekolah itu. Faktor kedua yang
mempengaruhi pola hubungan mereka adalah kebutuhan dan gaya komunikasi
interpersonal. Dari perkataan Jessica, dapat kita lihat bahwa Jessica cenderung
berbicara ceplas-ceplos/ blak-blakan, dan
sudah bisa ditebak bahwa Jessica adalah seorang yang ekstrovert. Jessica bahkan
menyatakan pandangannya mengenai Rosalie dan Emett yang tinggal bersama
meskipun mereka belum menikah, dan pandangannya ia nyatakan secara eksplisit.
Angela sendiri juga memiliki gaya
interpersonal yang cukup terbuka dan ia mau mengutarakan isi pikirannya, hal
ini terlihat dari pendapatnya “ Jess, tetapi hubungan mereka tidak
sepenuhnya terlihat seperti apa yang kaupikirkan.”. Pendapat
ini secara implisit menyiratkan ketidaksetujuan Angela pada perkataan Jessica.
Ø Progressive dan Regressive Spirals
Dalam
cuplikan video tersebut hanya dapat kita temui pola hubungan yang berbetuk
regressive spirals. Hal tersebut dapat kita lihat dari dua adegan dalam vdeo
tersebut, yaitu :
-
Adegan di kantin, ketika Edward
menatap Bella dengan tatapan mata yang tajam dari meja seberang, Bella menjadi
merasa bingung dan tidak nyaman dengan tatapan tajam Edward tersebut. Bella
terllihat seolah-seolah sedang berpikir tentang banyak hal di benaknya, mengapa
Edward terlihat begitu dingin menatapnya seperti itu.
*Dari contoh hubungan regressive di atas, faktor konteks komunikasi
yang wujudnya adalah situasi kantin yang ramai, juga memegang peranan. Suasana
kantin yang sedang ramai membuat Edward hanya bisa menatap Bella saja. Edward
hanya mengirimkan “sinyal-sinyal” penasaran melalui tatapannya. Faktor stage of
relationship juga memegang peranan, terlihat hubungan mereka sudah mulai naik
ke tingkat yang lebih tinggi, diwujudkan melalui tatapan Edward adalah
transmitter “sinyal-sinyal” penasaran Edward kepada Bella.
-
adegan di dalam laboratorium, ketika
Bella baru memasuki ruangan lab dan Edward langsung menutup hidungnya. Bella
mengira bahwa tubuhnya berbau tidak sedap; padahal maksud Edward yang
sebenarnya bukan seperti itu. Terlihat adanya kesalahpahaman antara Edward dan
Bella. Hal ini disebabkan karena Edward hanya menutup hidung dan tidak
menjelaskan kepada Bella mengapa ia bertindak seperti itu.
*Dari contoh hubungan progressive diatas, factor yang
mempengaruhi adalah stage of relationship. Terlihat bahwa Edward masih nampak
menjaga jarak dengan Bella, meskipun mereka sudah pernah bertemu sebelumnya.
Bahkan, gesture Edward terlihat semakin “aneh” yaitu Edward menutup hidungnya.
Edward menutup hidungnya bukan karena bau badan Bella yang tidak sedap,
melainkan karena Edward sedang menahan diri. Bagi Edward, bau badan Bella
sangatlah menarik, untuk seorang vampire seperti dirinya.
Daftar Pustaka
Ruben, Brent D. Communication and Human
Behaviour, Page 260-265. Pearson. 2006.