Monday 1 October 2012

Model Komunikasi Retorika (Aristoteles)


Model Komunikasi Menurut Aristoteles

Model komunikasi yang digunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model komunikasi paling klasik, model ini disebut model retoris (rhetorical model). Inti dari komunikasi ini adalah persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam mengubah sikap mereka. Ilmu retorika pada awalnya dikembangkan di Yunani berkaitan dengan ilmu tentang seni berbicara (Techne Rhetorike).
Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji mengenai ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi verbal. Model komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi  pertama dalam ilmu komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar. Aristoteles memfokuskan komunikasi pada komunikasi retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato, sebab pada masa itu seni berpidato terutama persuasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada bidang hukum seperti pengadilan, dan teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika (mempersuasif).
Perlu diingat bahwa model komunikasi ini semakin lama semakin berkembang, tapi selau akan ada tiga aspek yang selalu sama dari masa ke masa, yaitu : sumber pengirim pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan. 1

DIAGRAM MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES





TRADISI RETORIKA

Ada 2 tradisi retorika, yaitu :
  • Kebenaran haruslah logis, realistis dan rasional
  • Kebenaran itu absolut, tidak peduli apakah kebenaran ini punya nilai praktis. 2

 Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini:
  • Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.
  • Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
  • Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba mempengaruhi audience melalui pidato yang jelas-jelas bersifat persuasif. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.
  • Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan lantang menyuarakannya.
  • Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak. Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
  • Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa berbicara di depan publik. 3

ELEMEN POKOK RETORIKA

Segitiga Retorika


ASUMSI-ASUMSI TEORI RETORIKA
Ada 2 asumsi yang terdapat teori retorika, yaitu :
  • Public speaker atau pembicara yang efektif perlu mempertimbangkan khalayak mereka. Asumsi ini mengarah kepada konsep analisis khalayak (audience analysis).
  • Public speaker atau pembicara yang efektif menggunakan sejumlah bukti-bukti dalam presentasinya. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu ethos, pathos dan logos. 4 

  1. Ethos adalah karakter, inteligensi  dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Hal ini bisa di pelajari dan dibiasakan.
  2. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argumen dan bukti, rasionalisasi dan wacana yang di gunakan dalam sebuah pidato.
  3. Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.

Contoh : Jokowi berpidato tentang bahaya korupsi di universitas.


ARGUMEN TIGA TINGKAT
Logos adalah salah satu dari tiga bukti yang menurut Aristoteles menciptakan pesan yang lebih efektif. Berpegang pada bukti-bukti logis ini merupakan sesuatu yang disebut silogisme (syllogism). Namun, kemudian muncul istilah yang juga popular yaitu entimem (entymeme).
Silogisme adalah sekelompok proporsi yang berhubungan satu sama lain dan menarik sebuah kesimpulan dari premis-premis mayor dan minor. Silogisme sebenarnya merupakan sebuah argument deduktif yang merupakan sekelompok pernyataan (premis) yang menuntun pada sekelompok pernyataan lainnya (kesimpulan).
Entimem adalah silogisme yang didasarkan pada kemungkinan (probability), tanda (sign) dan contoh (example), dan berfungsi sebagai persuasi. Kemungkinan adalah pernyataan-pernyataan yang secara umum benar tetapi masih membutuhkan pembuktian tambahan. Tanda adalah pernyataan yang menjelaskan alasan bagi sebuah fakta. Contoh adalah pernyataan-pernyataan baik yang faktual maupun yang diciptakan oleh pembicara. Entimem dalam hal ini memungkinkan khalayak untuk mendeduksi kesimpulan dari premis-premis yang atau dari pengalaman mereka sendiri. James McBurney, mengingatkan bahwa entimem merupakan dasar dari semua wacana persuasive. Karenanya entimem juga berhubungan dengan ethos dan pathos. Larry Anhart, percaya akan adanya kesalingterhubungan antara entimem dan bentuk-bentuk bukti ketika ia menyimpulkan bahwa kekuatan persuasif entimem terletak didalam kemampuannya untuk menjadi logis dan etis 
“Entimem dapat digunakan tidak hanya untuk membangun sebuah kesimpulan sebagai kebenaran yang mungkin tetapi juga untuk mengubah emosi para pendengar atau untuk membangun rasa percaya mereka akan karaketer dari pembicara”
Silogisme dan entimem secara struktur sama. Akan tetapi, silogisme berhubungan dengan kepastian sedangkan entimem berhubungan dengan kemungkinan.

KANON RETORIKA
Kanon merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh pembicara agar pidato persuasif dapat menjadi efektif, yaitu :
  • Penemuan : Konstruksi/penyusunan dari suatu argumen yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Terdiri dari topik dan civic space. Dengan menggunakan logika dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasif. Topik adalah bantuan terhadap yang merujuk pada argumen yang digunakan oleh pembicara. Para pembicara juga bergantung pada civic space dimana itulah  kesempatan untuk membujuk orang lain.
  • Pengaturan : Kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan pidatonya. Terdiri dari pengantar, batang tubuh dan kesimpulan.
  1. Pengantar merupakan bagian dari strategi organisasi dalam suatu pidato yang cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topik dengan khalayak, dan memberikan bahasan singkat mengenai tujuan pembicara.
  2. Batang tubuh merupakan bagian dari strategi organisasi dari pidato yang mencakup argumen, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu pemikiran.
  3. Kesimpulan merupakan bagian dari strategi organisasi dalam pidato yang ditujukan untuk merangkum poin-poin penting yang telah disampaikan pembicara dan untuk menggugah emosi di dalam khalayak.

  • Gaya : Penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide dalam cara tertentu. Biasanya bahasa yang di gunakan adalah majas metafora.  
  • Penyampaian : Presentasi non verbal dari ide-ide seorang pembicara. Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan, gerak tubuh, dll. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
  • Ingatan :  Menyimpan penemuan, pengaturan dan gaya di dalam benar si pembicara. Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga. 5


KEGUNAAN RETORIKA
Konrad Lorenz pernah mengatakan
Apa yang diucapkan tidak berarti juga di dengar, apa yang di dengar tidak berarti juga di mengerti, apa yang di mengerti tidak berarti juga di setujui, apa yang di setujui tidak berarti juga di terima, apa yang di terima tidak berarti juga di hayati dan apa yang di hayati tidak berarti juga mengubah tingkah laku”

Retorika penting supaya apa yang di ucapkan dapat di dengar, apa yang di dengar dapat di setujui, apa yang disetujui dapat di terima, apa yang diterima dapat di hayati dan apa yang di hayati dapat mengubah tingkah laku. 6

JENIS RETORIKA
  • Retorika forensik: keadaan ketika para pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensik atau juga disebut pidato Yudisial biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensik berorientasi pada masa waktu lampau.
o   Contoh : bahasa komunikasi saat di pengadilan
  • Retorika epideiktik : wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan  Sering disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa waktu sekarang.
o   Contoh : bahasa komunikasi ketika memberikan pidato seremonial
  • Retorika deliberatif : saat pembicara harus menentukan suatu tindakan yang harus diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh khalayak. Pidato ini sering disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberatif berorientasi pada masa waktu yang akan datang.

o   Contoh : bahasa komunikasi saat berpidato politis. 7

KEDUA BELAS HUKUM RETORIKA 8
  1. Kepandaian berbicara dapat di pelajari
  2. Latihlah dirimu dalam teknik berbicara
  3. Hilangkan perasaan cemas dengan melatih berbicara sambil berpikir
  4. Pidato bukan membaca
  5. Rumuskan tema dengan tajam
  6. Skema dengan jelas
  7. Awal yang menarik dan akhir yang mengesankan
  8. “Saya tahu, saya mau, saya berhasil”
  9. Tingkatkan argumentasi dan siaga menghadapi keberataan
  10. Bahagia ketika berpidato
  11. Berbicara yang jelas
  12. You were born to be a winner



KELEBIHAN
  • Bila kita hubungkan lagi dengan komunikasi pada zaman sekarang, model komunikasi yang dikemukakan oleh Aristoteles merupakan model komunikasi yang cukup sederhana, bahkan dapat di katakan terlalu sederhana jika dibandingkan dengan model-model yang diberikan tokoh yang lain karena model ini tidak memuat unsur-unsur lain yang telah dikenal dalam model komunikasi seperti saluran umpan balik, efek dan kendala/gangguan komunikasi yang mungkin timbul, dan lainnya.
  • Meskipun demikian, model ini dapat membuat membuat orang bertanya-tanya, seperti apa itu pedoman dalam berpidato misalnya unsur-unsur apa yang harus ada dalam pidato agar persuasif bagi khalayak? Apakah bentuk susunan pidato tertentu lebih baik dari bentuk lainnya? Apakah gaya bahasa dalam suatu pidato mempengaruhi derajat persuasif?
  • Pada dasarnya komunikasi yang diberikan oleh Aristoteles telah banyak memberikan kesempatan para pakar komunikasi lainnya untuk menciptakan model-model komunikasi baru. Yakni tetap mengandung 3 unsur yang sama yakni sumber yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirim dan penerima pesan tersebut. Yang pada intinya, model komunikasi dari Aristoteles mendasari dan merupakan akar dari model komunikasi yang lainnya.
  • Dapat menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyempurnakan proses pembuatan teori komunikasi. 9
  • Pengujian waktu berjalan. Teori ini telah melalui rentang waktu 2000 tahun dengan poros Aristoteles. Teori retorika mengenai emosi, logika dan kepercayaan ini tidak dapat di abaikan begitu saja.
  • Munculnya teori Heurisme yang dimana teori ini telah mencakup beberapa sub-area dalam komunikasi. Seperti ketakutan dalam berkomunikasi dan telah mendorong penelitian yang bersifat empiris maupun praktis. 10

KELEMAHAN
  • Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena statis. Dimana hanya terdapat transfer pesan dari pembicara ke pendengar saja. Misalnya, seorang pembicara sedang berbicara tentang sesuatu hal dan kemudian ia menyampaikan pesan kepada para khalayak. Kemudian, khalayak mendengarkan apa yang menjadi pesan dari si pembicara. Tahap-tahap komunikasi dalam peristiwa ini terjadi secara berurutan dimana itu terjadi terus-menerus terjadi secara statis ketimbang terjadi secara simultan.
  • Model komunikasi ini memunculkan persepsi yang salah bahwa kegiatan yang terstruktur yang selalu disengaja. Seperti, pembicara menyampaikan dan pendengar hanya mendengarkan tanpa di jelaskan lebih jauh mengenai gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian pesan, efek yang akan terjadi dan sebagainya.
  • Di dalam model komunikasi yang diutarakan oleh Aristoteles ini tidak membahas mengenai aspek-aspek non-verbal dalam persuasi yang berperan dalam proses komunikasi. 11
  • Konsistensi logis : Tidak konsisten, kurang ter-organisasi, pendefinisian yang kurang tepat.12






Daftar Pustaka

9  Michael Burgoon (1974), Appproaching Speech/ Communication. New York: Holt, Rinehart & Winston.
11 Mulyana Deddy (2008), Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Jakarta : Remaja Rosdakarya.